Senin, 20 Mei 2013

Keindahan Alam Bawah Laut di Utara Indonesia

Keindahan dan keeksotisan alam bawah laut di utara wilayah Indonesia yang terus menggema di dunia dan mengharumkan nama Indonesia salah satunya adalah Pulau Bunaken. Keindahan dan pesona dari wilayah Indonesia adalah kekayaan alam nya yang melimpah dan keeksotisan alam bawah lautnya. Bila kita mlihat ke utara Indonesia, terdapat Salah satu kekayaan alam bawah laut Indonesia yang sangat indah dan bahkan telah tersohor hingga berbagai penjuru dunia yaitu Pulau Bunaken. Bunaken adalah sebuah pulau seluas 8,08 km² di Teluk Manado. Pulau ini merupakan bagian dari kota Manado, ibu kota provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Untuk mencapai Pulau Bunaken dapat di tempuh dengan kapal cepat (speed boat) atau kapal sewaan dengan perjalanan sekitar 30 menit dari pelabuhan kota Manado. Di sekitar pulau Bunaken terdapat taman laut Bunaken yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bunaken yang akan menyuguhkan keindahan dunia bawah laut yang tidak akan dilupakan oleh para pecinta keindahan alam bawah laut.


Taman laut Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter. Dari 20 titik selam itu, 12 titik selam di antaranya berada di sekitar Pulau Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah yang paling kerap dikunjungi penyelam dan pecinta keindahan pemandangan bawah laut. Sebagian besar dari 12 titik penyelaman di Pulau Bunaken berjajar dari bagian tenggara hingga bagian barat laut pulau tersebut. Di wilayah inilah terdapat underwater great walls, yang disebut juga hanging walls, atau dinding-dinding karang raksasa yang berdiri vertikal dan melengkung ke atas. Dinding karang ini juga menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan di perairan sekitar Pulau Bunaken.


Taman laut Bunaken tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan lokal, namun juga wisatawan mancanegara telah banyak yang mengetahui keindahan alam bawah laut di Bunaken. Puncak kunjungan terbanyak, biasanya terjadi di bulan Mei hingga Juni dimana sekolah selesai melaksanakan ujian nasional dan siap menghadapi liburan sekolah, selain itu cuaca pada bulan-bulan tersebut cenderung baik dan sangat cocok bagi wisatawan menikmati keindahan alam di utara Indonesia ini.

Keindahan alam Indonesia di puncak Jayawijaya dan Carstenz Pyramide

Pegunungan Jayawijaya adalah nama untuk sederetan pegunungan yang terbentang memanjang di provinsi Papua Barat dan Papua (Indonesia) hingga Papua Newguinea di Pulau Irian. Puncak Jayawijaya terdaftar sebagai salah satu dari tujuh puncak benua (Seven Summit) yang fenomena dan menjadi tujuan pendaki gunung di berbagai belahan dunia. Puncak Jayawijaya letaknya di Taman Nasional Laurentz, Papua. Puncak ini selalu diselimuti salju abadi. Di daerah tropis terdapat tiga padang salju, salju abadi di Puncak Jayawijaya merupakan satu darinya.

Selain dikenal dengan nama Puncak Jaya, puncak gunung ini juga terkenal dengan sebutan Carstenz Pyramide, atau Puncak Carstensz. Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa ini, dapat menyaksikan adanya salju tentunya sesuatu yang mustahil terjadi. Tetapi Carstenz Pyramid (4884 mdpl) adalah salah satu puncak yang bersalju tersebut. Puncak tertinggi di Asia Tenggara dan Pasifik ini letaknya pada rangkaian Pegunungan Sudirman. Puncak ini terkenal tidak hanya karena tingginya, tetapi juga karena terdapat lapisan salju di puncaknya.

Keajaiban yang ada di Indonesia


* Goa Gong

Goa Gong merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Pacitan. Gua Gong merupakan satu dari gua-gua yang tersembunyi di perut gunung-gunung kecil yang ada di Pacitan. Gua ini merupakan goa horizontal dengan panjang sekitar 256 meter. Di dalam goa itu terdapat stalaktit, batuan kapur berbentuk kerucut di langit-langit gua, dan stalagmit, batuan kapur yang berdiri tegak di dasar berusia ratusan tahun. Menurut beberapa peneliti dan wisatawan mancanegara, Goa Gong ini merupakan goa dengan stalaktit dan stalagmit yang paling indah di Asia Tenggara. Dinamakan Gua Gong karena menurut cerita yang beredar, dari dalam gua ini sering terdengar bunyi-bunyian yang menyerupai suara gong. Goa ini terletak di desa Bomo, kecamatan Punung, Pacitan sekitar 30 km dari kota Pacitan, dapat dicapai dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Bagi wisatawan yang ingin mengetahui seluk-beluk Gua Gong secara detail, mereka dapat menyewa pemandu yang ada di kawasan ini. Namun, bagi yang tidak ingin menyewa pemandu dapat membeli buku panduan yang ada.
 
Saat memasuki goa, mata akan lebih membiasakan diri dengan keadaan goa yang gelap apalagi jika tidak membawa senter. Namun tidak perlu kuatir saat berjalan menyusuri goa karena jalur yang ada sudah disemen dan terdapat besi pegangan agar pengunjung tidak tepelet. Semakin kedalam, pengunjung akan dibuat takjub dengan pemandangan-pemandangan yang luar biasa indahnya, paling tidak itulah yang saya rasakan. Stalagtit dan stalagmit yang ada dalam gua akan menghipnotis setiap mata yang memandangnya. Lampu-lampu neon yang berwarna-warni menambah keeksotikan goa ini. Stalagnit dan stalagmit diabadikan dengan diberi nama, Cello Giri, Selo Citro Cipto Agung, Cello Pakuan Bomo, Cello Adi Citro Buwono, Cello Bantaran Angin dan Cello Susuh Angin.

Di dalam Goa Gong terdapat lima sendang yang bernilai magis bagi yang mempercayainya. Sendang-sendang tersebut antara lain: Sendang Jampi Rogo, Sendang Panguripan, Sendang Relung Jiwo, Sendang Kamulyan, dan Sendang Relung Nisto yang dipercaya memiliki nilai magis untuk menyembuhkan penyakit. Gua Gong memiliki beberapa ruangan. Ruang pertama adalah ruang Sendang Bidadari yang terdapat sendang kecil dengan air dingin dan bersih di dalamnya. Di sebelahnya adalah ruang Bidadari, yang menurut cerita, di ruangan ini kadang melintas bayangan seorang wanita cantik yang menyerupai bidadari. Ruang ketiga dan keempat adalah ruang kristal dan marmer, di mana di dalam ruangan tersebut tersimpan batu kristal dan marmer dengan kualitas yang mendekati sempurna. Ruangan kelima merupakan ruangan yang paling lapang. Di tempat ini pernah diadakan konser musik empat negara (Indonesia, Swiss, Inggris, dan Perancis) dalam rangka mempromosikan keberadaan Gua Gong ke mancanegara. Ruang keenam adalah ruang pertapaan, dan ruang terakhir adalah ruang Batu Gong. Di ruangan ini terdapat batu-batu yang apabila kita tabuh akan mengeluarkan bunyi seperti Gong.

* Danau Gunung Tujuh

Danau Gunung Tujuh terletak di Desa Pelompek, Kecamatan Ayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi. Danau ini tercatat sebagai gunung tertinggi di Asia Tenggara dengan ketinggiannya yang mencapai 1.950 meter dari permukaan laut. Wisata alam ini terbentuk karena peritiwa meletusnya Gunung Tujuh. Akibat peristiwa alam tersebut mengakibatkan terbentuknya sebuah kawah yang lambat laun terisi oleh air hujan. Setelah kejadian ini barulah bekas letusan dinamakan sebagai Danau Gunung Tujuh. Keindahan danau ini semakin bertambah dengan adanya tujuh gunung yang mengelilinginya. Ketujuh gunung tersebut, meliputi Gunung Hulu Tebo, Gunung Hulu Sangir, Gunung Madura Besi, Gunung Lumut, Gunung Selasih, Gunung Jar Panggang, dan Gunung Tujuh. Selain itu, air di danau ini juga menjadi sumber mata air yang berasal dari Air Terjun Gunung Tujuh, Air Terjun Terjun Telun Berasap, dan Sungai Batang Sangir. Konon Danau Gunung Tejuh merupakan danau sakti. Percaya tidak percaya menurut masyarakat danau ini dijaga dan dihuni oleh dua makhluk halus. Masyarakat menyebut kedua makhluk tersebut dengan nama Lbei Sakti dan Saleh Sri Menanti.

Untuk sampai ke tempat ini wisatawan harus melewati 3 tahap perjalanan. Tahap pertama ada tiga alternatif jalan yang bisa dilalui, yaitu perjalanan dari Kota Jambi ke Sungai Penuh yang dapat, perjalanan Kota Padang ke Tapan kemudian ke Sungai Penuh, atau dari Kota Padang ke Muralabuh yang di lanjutkan ke Sungai Penuh. Ketiga alternatif ini memiliki jarak dan waktu tempuh yang berbeda-beda.
Kedua, Setelah sampai di Sungai Penuh wisatawan melanjutkan ke Desa Pelompek. Perjalanan ini bisa memanfaatkan kendaraan umum. Jarak dari Sungai penuh menuju Pelompek membutuhkan waktu 1,5 jam dengan jarak 50 km. Jika sudah sampai di Desa Pelompek wisatawan tinggal berjalan kaki untuk mencapai lokasi Danau Gunung Tujuh.
Saat berjalan kaki ada dua rute yang bisa dilewati oleh wisatawan. Rute yang pertama, bisa memulai dari pos jaga kawasan Gunung Tujuh ke tepi danau dengan jarak 3 km dengan waktu tempuh 2,5 jam. Rute kedua, wisatawan bisa memulai dari belakang wisma tamu Gunung Tujuh ke tepi danau dengan jarak 2,5 km. Medan yang dilewati memang cukup curam sehingga waktu tempuh yang diperlukan sedikit lebih lama dari rute pertama. Tapi, bagi wisatawan yang memiliki nyali bisa mencoba rute yang kedua. Fasilitas yang disediakan di kawasan ini tergolong memadai. Di sini terdapat homestay dan tempat makan yang menyediakan masakan khas kerinci. Letak tempat-tempat ini juga tidak terlalu jauh dari lokasi Danau Gunung Tujuh.

* Danau Sentani

Di danau ini juga diadakan Festival Danau Sentani untuk menarik wisatawan. Festival Danau Sentani biasanya diadakan pada pertengahan bulan Juni tiap tahun, FDS sendiri telah ditetapkan sebagai festival tahunan dan masuk dalam kalendar pariwisata utama. Festival ini diisi dengan tarian-tarian adat di atas perahu, tarian perang khas Papua, upacara adat seperti penobatan Ondoafi, dan sajian berbagai kuliner khas Papua.
Di dalam danau ini terdapat berbagai spesies ikan air tawar khas Papua, seperti ikan pelangi sentani, ikan gabus danau sentani, ikan pelangi merah dan yang paling unik adalah ikan hiu gergaji yang sangat langka. Danau Sentani ini juga dijadikan lokasi untuk menyelam, memancing, ski air dan wisata kuliner karena disana banyak penjual kuliner khas Papua.
Danau Sentani adalah danau yang terletak di Papua Indonesia. Danau Sentani berada di bawah lereng Pegunungan Cagar Alam Cycloops yang memiliki luas sekitar 245.000 hektar. Danau ini terbentang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua. Danau Sentani yang memiliki luas sekitar 9.360 hektar dan berada pada ketinggian 75 mdpl. Danau Sentani merupakan danau terbesar di Papua. Di danau ini juga terdapat 21 buah pulau kecil menghiasi danau yang indah ini. Arti kata Sentani berarti "di sini kami tinggal dengan damai”. Nama Sentani sendiri pertama kali disebut oleh seorang Pendeta Kristen BL Bin ketika melaksanakan misionaris di wilayah danau ini pada tahun 1898.